Jangan Meremehkan Dosa!
Jangan Meremehkan Dosa!

Allah berfirman,

قُلْ يَاعِبَادِيَ ٱلَّذِينَ أَسْرَفُوا۟ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا۟ مِن رَّحْمَةِ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغْفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ

“Katakanlah (Muhammad pada mereka bahwa Allah mengabarkan), ‘Wahai hamba-hamba-Ku yang telah melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari Rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni seluruh dosa-dosa. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Az-Zumar: 53)

 

Ayat di atas menunjukkan betapa luasnya kasih sayang dan ampunan Allah . Karena itu, tidak sepantasnya seorang hamba berputus asa dari rahmat-Nya. Sebanyak apa pun dosa yang pernah dilakukan, sebesar apa pun kesalahan yang diperbuat, dan apa pun jenis dosanya, bahkan hingga dosa syirik sekalipun, selama nyawa belum sampai di kerongkongan dan ia bertaubat kepada Allah , maka niscaya Allah akan mengampuninya.

 

Namun, meskipun demikian, kita tetap tidak boleh meremehkan dosa. Jangan sampai ayat ini dijadikan alasan untuk terus melakukan maksiat. Bukan begitu maksudnya. Justru, meremehkan dosa termasuk salah satu bentuk dosa besar.

 

Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu'anhu, siapa yang tidak mengenal beliau? Beliau adalah sahabat Nabi yang paling mulia. Ia merupakan khalifah pertama dan sahabat yang paling rajin serta terdepan dalam beramal saleh. Namun, meskipun demikian, beliau tetap diajarkan oleh Nabi untuk senantiasa mengingat dosa dan memohon ampun kepada Allah atasnya.

 

Suatu hari, Abu Bakar radhiyallahu’anhu pernah mendatangi Nabi seraya berkata,

يَا رَسُولَ اللهِ، عَلِّمْنِي دُعَاءً أَدْعُو بِهِ فِي صَلَاتِي.

“Wahai Rasulullah, tolong ajari aku sebuah doa yang mana doa tersebut bisa aku panjatkan di dalam salatku.”

 

Beliau pun bersabda,

اللهُمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي ظُلْمًا كَثِيرًا، وَلا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ، فَاغْفِرْ لِي مِنْ عِنْدِكَ مَغْفِرَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الغَفُورُ الرَّحِيمُ.

“Ya Allah, sesungguhnya aku telah banyak berbuat kesalahan, sementara itu tidak ada yang bisa mengampuni dosa-dosaku kecuali Engkau. Maka dari itu, ampunilah aku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (HR Al-Bukhari no. 843).

 

Banyak di antara kita yang sering berbuat dosa, namun jarang sekali atau bahkan tidak pernah menyadarinya. Akibatnya, kita menunda-nunda taubat, atau bahkan tidak bertaubat sama sekali kepada Allah . Lihatlah Abu Bakar. Apa yang kurang dari beliau dalam hal amal saleh? Apa yang kurang dari beliau dalam kedudukan di sisi Nabi ? Namun, beliau tetap diajarkan oleh Rasulullah untuk senantiasa mengingat bahwa manusia adalah tempatnya salah dan dosa. Dengan kesadaran itulah, beliau tidak lalai dari taubat dan istighfar kepada Allah .

 

Dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, bahwa Rasulullah pernah bersabda,

كُلُّ ابنِ آدَمَ خَطَّاءٌ، وَخَيرُ الخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ.

“Setiap anak keturunan Adam pasti melakukan kesalahan, dan sebaik-baiknya orang yang melakukan kesalahan, adalah mereka yang mengiringi kesalahannya dengan taubat.” (HR At-Tirmidzi no. 2499. Syekh al-Albani mengatakan bahwa hadis ini Hasan).

Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu’anhu, dengan segala keistimewaan yang beliau miliki, tetap tidak luput dari kesalahan. Suatu ketika, beliau pernah marah besar kepada keponakannya, Misthah, yang selama ini telah beliau nafkahi hingga dewasa. Mengapa Abu Bakar bisa marah kepadanya? Sebab, Misthah turut menyebarkan fitnah yang menimpa putri beliau, Aisyah radhiyallahu’anha, fitnah yang menuduh Aisyah telah berzina. Tuduhan itu sama sekali tidak terbukti.

 

Abu Bakar sangat marah. Saking marahnya, beliau sampai bersumpah dan berjanji tidak akan lagi memberikan bantuan kepada Misthah. Pada saat itu, Allah menegur beliau dengan menurunkan wahyu-Nya,

ﵟوَلَا يَأۡتَلِ أُوْلُواْ ٱلۡفَضۡلِ مِنكُمۡ وَٱلسَّعَةِ أَن يُؤۡتُوٓاْ أُوْلِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡمَسَٰكِينَ وَٱلۡمُهَٰجِرِينَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِۖ وَلۡيَعۡفُواْ وَلۡيَصۡفَحُوٓاْۗ أَلَا تُحِبُّونَ أَن يَغۡفِرَ ٱللَّهُ لَكُمۡۚ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٌﵞ 

“Janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kalian bersumpah, bahwa mereka tidak akan memberikan bantuan kepada kerabatnya, orang-orang miskin dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah. Hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kalian tidak suka jika Allah mengampuni kalian? Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS An-Nur: 22)

 

Ketika mendengar ayat ini, Abu Bakar pun langsung merasa bersalah. Beliau segera mencabut sumpahnya dan berjanji akan kembali membantu Misthah memenuhi kebutuhannya.

 

Inilah Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu’anhu, seorang khalifah pertama yang memiliki segudang keistimewaan, namun tetap rendah hati ketika dirinya melakukan kesalahan. Beliau langsung sadar saat ditegur oleh Allah , tidak membangkang, dan tidak membela diri. Berbeda halnya dengan sebagian dari kita yang amalannya belum sebanding dengan Abu Bakar, tetapi saat ditegur, dinasihati, atau diarahkan untuk tidak melakukan kesalahan, justru merasa tidak bersalah.

Leaf with solid fill

Setiap manusia pasti pernah jatuh dalam dosa, itulah sunnatullah. Tapi yang terbaik di antara mereka adalah yang selalu bangkit, bertaubat, dan kembali kepada jalan-Nya.


 Setelah kita mengetahui bahwa perbuatan dosa merupakan bagian dari catatan takdir Allah , maka di antara sikap yang seharusnya kita miliki adalah dengan tidak meremehkan dosa. Mengapa? Karena...

Leaf with solid fill

Dosa itu berdampak buruk pada hati manusia, seperti halnya racun yang menyerang tubuh. Setiap racun memiliki tingkatan sakit yang berbeda-beda.

 

Selain itu, dosa juga bisa mendatangkan laknat. Sebagaimana Iblis dilaknat oleh Allah karena dosanya, yaitu hasad dan kesombongan terhadap Nabi Adam ‘alaihis salam. Dosa juga bisa menjadi sebab datangnya bencana, seperti banjir yang menenggelamkan kaum Nabi Nuh ‘alaihis salam, angin topan yang memporak-porandakan kaum ‘Aad, Fir’aun yang ditenggelamkan di laut, dan Qarun yang dibenamkan ke dalam bumi bersama harta bendanya. Semua itu terjadi karena dosa yang mereka lakukan.

 

Tak hanya itu, dosa juga bisa menjadi penyebab kelemahan dan kekalahan. Hal ini pernah dialami para sahabat Nabi dalam Perang Uhud, ketika sebagian dari mereka tidak mematuhi perintah Rasulullah . Akibatnya, Allah pun menakdirkan kekalahan bagi mereka.

 

Oleh karena itu, meskipun Allah Maha Pengampun lagi Maha Penerima taubat, jangan pernah meremehkan dosa! Baarakallahu fiikum.

 

Tulisan ini disadur dari kajian berjudul “Betah dengan Dosa” yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, M.A. (dosen di Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyah Imam Syafi'i / STDIIS, Jember).