Menasehati Orang Tua Terkait Tradisi yang Keliru
Menasehati Orang Tua Terkait Tradisi yang Keliru

Memberi tahu orang tua tentang tradisi yang bertentangan dengan syariat Islam memang bukan perkara mudah. Kita harus paham bahwa meninggalkan adat istiadat yang sudah melekat erat dalam kehidupan mereka sering kali menimbulkan perasaan kecewa, atau bahkan permusuhan.

 

Namun, kita bisa mengambil contoh dari kehidupan Rasulullah . Beliau sendiri pernah mengalami penolakan, bahkan permusuhan dari orang-orang Quraisy Makkah, karena beliau mengajak mereka meninggalkan tradisi dan keyakinan lama yang bertentangan dengan ajaran Islam. Orang-orang Islam pada zaman itu juga kerap dicap “murtad” karena meninggalkan kepercayaan nenek moyang mereka.

 

Kita dapat memberitahukan kepada orang tua bahwa Islam memerintahkan kita untuk memeluk agama ini secara kaaffah, yakni secara menyeluruh dan tidak setengah-setengah. Ketika seseorang mengucapkan kalimat syahadat, yaitu bahwa tidak ada illah yang berhak disembah kecuali Allah, dan Muhammad adalah utusan-Nya, maka ia wajib tunduk dan taat kepada seluruh perintah Allah dan Rasul-Nya tanpa terkecuali.

 

Allah berfirman,


ﵟقُلۡ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحۡيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَﵞ 

“Katakanlah (wahai Rasul), ‘Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb dari semesta alam.’” (QS Al-An`am: 162)

 

Ayat ini menunjukkan bahwa segala aspek kehidupan seorang muslim haruslah sepenuhnya untuk Allah, tanpa tercampur dengan hal-hal lain yang bertentangan dengan syariat. Selain itu, Allah juga memerintahkan agar kita masuk Islam secara kaffah, sebagaimana firman-Nya,


ﵟيَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱدۡخُلُواْ فِي ٱلسِّلۡمِ كَآفَّةٗ وَلَا تَتَّبِعُواْ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيۡطَٰنِۚ إِنَّهُۥ لَكُمۡ عَدُوّٞ مُّبِينٞﵞ 

“Wahai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam secara kaffah (secara keseluruhan), dan janganlah kalian mengikuti jejak langkah setan, karena sesungguhnya dia bagi kalian adalah musuh yang nyata.” (QS Al-Baqarah: 208)

 

Setiap muslim wajib meninggalkan tradisi, budaya, atau kebiasaan yang bertentangan dengan syariat. Tidak ada kompromi untuk hal-hal yang mengandung syirik atau melawan perintah Allah dan Rasul-Nya. Dengan memegang ajaran Islam secara menyeluruh (kaffah), insya Allah hidup kita akan berada dalam keridaan-Nya dan iman pun terjaga.

 

Namun, tidak semua tradisi itu salah. Selama tidak mengandung unsur syirik atau pelanggaran agama, tradisi tetap boleh dilakukan bahkan bisa mempererat silaturahim. Misalnya, membuat ketupat saat Lebaran, ini tradisi yang baik dan tidak bertentangan dengan Islam. Maka, kita perlu bijak sebelum mengikuti adat, pastikan apakah ia sesuai dengan syariat atau tidak.

 

Kalau kita ingin mengajak orang tua meninggalkan tradisi yang keliru, lakukan dengan lembut dan perlahan. Ajarkan dulu dasar-dasar iman, Islam, ihsan, dan tauhid agar mereka paham alasan kita. Setelah itu, tunjukkan tradisi yang sesuai dengan sunnah Rasulullah .

 

Contoh sederhana: tradisi mengubur ari-ari bayi. Menguburnya boleh saja demi kebersihan dan keamanan, tapi harus dihindari keyakinan mistis seperti ari-ari punya “kembaran” yang harus dihormati. Kita perlu bertanya, “Apakah ini berasal dari Islam?” supaya tidak terjebak dalam kepercayaan yang keliru.

 

Kalau belum paham, jangan hanya ikut-ikutan kata orang atau tradisi turun-temurun. Carilah ilmu dari sumber yang benar. Alhamdulillah, sekarang akses informasi semakin mudah, sehingga kita bisa lebih kritis memastikan apa yang kita amalkan punya dasar yang kuat.

 

Beragama harus berdasar dalil yang sahih. Kalau demi kesehatan jasmani dokter begitu teliti sebelum memberi resep, maka untuk keselamatan iman dan akhirat, kita harus jauh lebih berhati-hati.

 

Maka, mari berpegang teguh pada ajaran Islam secara menyeluruh. Tinggalkan adat yang bertentangan dengan tauhid, dan tanamkan nilai iman yang murni dalam kehidupan kita sehari-hari.

 

Tulisan ini disadur dari video tanya jawab tentang “Cara Menasehati Orang Tua Dari Adat Yang Bertentangan Dengan Syariat” yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, M.A. (dosen di Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyah Imam Syafi'i / STDIIS, Jember).