SUDAH BENARKAH NIAT HIJRAH KITA?
SUDAH BENARKAH NIAT HIJRAH KITA?

Ringkasan materi kajian Ustadz Dr Syafiq Riza Basalamah, MA

Pada tanggal 9 jumadal ‘ula 1442H-



Hijrah Pertama Dalam Sejarah

Ahibbati fillah, kejadian hijrah terbaik Sepanjang masa adalah hijrahnya Nabi sholallahu ‘alaihi wasallam bersama para sahabatnya -radhiallahu ‘anhum-. Sebab hjirah ini adalah karena dakwah Nabi sholallahu ‘alaihi wasallam di kota Mekkah tidak berkembang, mereka dihalangi, difitnah, disiksa, direndahkan, begitu berat sehingga turunlah perintah dari Allah untuk hijrah ke Madinah. 

Beliau sholallahu ‘alaihi wasallam ditanya setelah menaklukan kota mekkah pada tahun 8 hijriah, “ya Rasulullah -sholallahu ‘alaihi wasallam-, apakah ada hijrah setelah fathu mekkah ini?” beliau menjawab : 

 لا هجرة بعد الفتح، ولكن جهاد ونية، وإذا استنفرتم فانفروا

tidak ada hijrah setelah pembebasan mekkah ini, tetapi yang ada adalah jihad dan niat, dan jika kalian diperingatkan maka berlarilah” HR Bukhori, no. 1834 

Hadist ini secara tidak langsung memberikan kabar gembira, bahwasanya Mekkah akan selamanya menjadi negeri Islam, sehingga tidak ada hijrah dari kota mekkah lagi. Tapi hijrah dari negeri-negeri kafir, yang berat menegakkan syariat Allah maka hijrah tersebut masih berlaku.


Hijrah & Untuk Apakah Berhijrah

Hijrah itu pada hakikatnya adalah meninggalkan larangan-larangan Allah dan menegakkan perintah-perintahnya. Hal tersebut bisa dilakukan dengan berpindah ke tempat yang baik, yang mendukung hal tersebut, atau bisa juga dengan berpindah pergaulan, meminimalisir pergaulan dengan teman-teman yang mengajak pada kemaksiatan dan berusaha mencari teman-teman yang sholih. 

Tidak semua orang yang berhijrah akan sukses, banyak orang yang berhijrah dengan motif yang berbeda-beda pula, tapi hanya satu golongan yang akan diterima hijrahnya, siapakah mereka? Allah sebutkan dalam surat An-Nisa : 100.

۞ وَمَنْ يُّهَاجِرْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ يَجِدْ فِى الْاَرْضِ مُرَاغَمًا كَثِيْرًا وَّسَعَةً ۗوَمَنْ يَّخْرُجْ مِنْۢ بَيْتِهٖ مُهَاجِرًا اِلَى اللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ ثُمَّ يُدْرِكْهُ الْمَوْتُ فَقَدْ وَقَعَ اَجْرُهٗ عَلَى اللّٰهِ ۗوَكَانَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا - ١٠٠

“Dan barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka akan mendapatkan di bumi ini tempat hijrah yang luas dan (rezeki) yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh, pahalanya telah ditetapkan di sisi Allah. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”

    Allah sebutkan pada ayat tersebut, bahwa orang yang sukses dalam hijrahnya adalah mereka yang : 

  1. Jalan hjrahnya sesuai dengan syariat yang Allah tentukan.

  2. Tujuan hijrahnya adalah kepada Allah dan Rasul-Nya.

karena pentingnya perkara niat ini, suatu ketika Nabi ditanya oleh seorang pria : “Yaa Rasulullah -sholallahu ‘alaihi wasallam ada orang yang perang tapi tujuannya utk mendapatkan rampasan perang, ada lagi orang yang berperang agar dikenang, dan ada yang berperang supaya dia dapat menunjukkan eksistensi, maka siapa yang dijalan Allah ?" 

Lalu nabi menjawab : 

«مَنْ قَاتَلَ لِتَكُونَ كَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ»

“barangsiapa yang berperang agar kalimat Allah menjadi tinggi dan mulia maka dialah yang berada di jalan Allah” HR Bukhori, no. 123

 

Dan disebutkan juga dalam hadist shohih, Nabi menceritakan tentang bahan bakar api neraka adalah mereka yang amalannya ternyata luar biasa, tapi siapa sangka justru mereka masuk neraka pertama kali. 

 

''Sesungguhnya pada hari kiamat Allah akan turun kepada hamba-hamba-Nya untuk menetapkan keputusan di antara mereka. Setiap umat datang dengan membungkuk. Tiga orang pertama yang dipanggil adalah penghafal Alquran, orang yang berjihad di jalan Allah, dan orang yang memiliki banyak harta (hartawan).

Allah lalu bertanya kepada orang yang membaca atau menghafal Alquran: Bukankah Aku telah mengajarkan kepadamu apa yang telah Aku turunkan kepada utusan-Ku? Orang itu menjawab: Benar wahai Allah.

Allah kembali bertanya: Lantas apa yang telah kamu lakukan dengan apa yang telah kamu ketahui? Orang itu menjawab: Aku bangun di waktu malam dan siang hari.

Allah berfirman kepadanya: Kamu telah berdusta. Malaikat berkata: Kamu telah berdusta.

Allah berfirman: Kamu hanya ingin dikatakan bahwa si fulan adalah seorang pembaca Alquran yang baik. Dan sebutan itu sudah kamu dapatkan.

Lalu dihadapkan kepada Allah orang yang diberikan harta. Allah berfirman kepadanya: Bukankah Aku telah melapangkan rezeki bagimu hingga Aku tidak membiarkan dirimu membutuhkan (meminta) kepada orang lain? Orang itu menjawab: Benar, wahai Allah.

Allah bertanya: Apa yang telah kamu lakukan dengan apa yang telah Aku anugerahkan kepadamu? Orang itu menjawab: Aku menyambung silaturahim dan bersedekah.

Allah berfirman kepadanya: Kamu telah berdusta. Malaikat berkata kepadanya: Kamu telah berdusta.

Allah berfirman: Akan tetapi dirimu hanya ingin dikatakan bahwa si fulan (dirimu) adalah orang yang dermawan. Sebutan itu pun telah didapatkan.

Lalu dihadapkan orang yang terbunuh di jalan Allah. Allah lalu bertanya kepadanya: Karena apa dirimu terbunuh? Orang itu menjawab: Aku diperintahkan untuk berjihad di jalan-Mu. Aku lalu berperang hingga terbunuh.

Allah berfirman kepadanya: Kamu telah berdusta. Malaikat berkata kepadanya: Kamu telah berdusta.

Allah berkata kepadanya: Akan tetapi kamu hanya ingin dikatakan bahwa si fulan (dirimu) adalah orang yang pemberani. Sebutan itu telah didapatkan.

Rasulullah lalu memukul lututku dan bersabda: Wahai Abu Hurairah, mereka bertiga adalah makhluk Allah pertama yang merasakan api neraka pada hari kiamat nanti.

    Hadist diatas hendaknya menjadi pengingat buat kita agar tidak merasa aman, dan senantiasa memperhatikan niat kita dalam beramal.

Kisah Teladan Dalam Menjaga Niat

Imam Bukhori dalam kitab Shohih Bukhori-nya juga meletakkan hadist yang membicarakan tentang niat di awal kitabnya. Hal ini menunjukkan bagaimana para ulama dan para salaf sangat memperhatikan masalah ini. 

Kita perlu menjaga niat kita, tidak hanya diawal hijrah, namun saat berhijrah, dan setelah berhijrah, ada sebuah kisah yang menarik tentang niat ini. Ada seorang ulama yg bernama abu husein an nawawy, ulama Baghdad yang meninggal pada tahun 295 H , dikisahkan bahwasanya suatu hari ia hendak menyeberangi sungai, beliau naik perahu. Beliau dapatkan di dalam perahu tersebut ada kendi-kendi yang disusun, lalu ia tanya pada yang membawa perahu:

"kendi apa ini? dan punya siapa?”

Pembawa perahu itu menjawab : "ini khomr, miliki salah satu penguasa yg ada di Baghdad"

Lalu beliau mendekat ke kendi-kendi khomr tersebut tatkala pemiliki perahu tidak ada dan beliau hancurkan kendi-kendi itu, kecuali satu kendi.  Ketika pemilik perahu tersebut kembali dan mendapati abu husein menghancurkan kendi-kendi itu ditangkaplah beliau, dan dibawa kepada penguasa.

Lalu ketika Abu husein dihadapkan pada sang penguasa, bertanyalah penguasa tersebut : "apa yang membuatmu melakukan ini?"

Beliau berkata : "aku melakukannya karena kasihan sama engkau, dan utk menghindarkan mudhorot dan bahaya darimu"

Lalu ditanya lagi "lantas kenapa engkau sisakan satu dan tak kau hancurkan?"

lalu berkata abu husain menjawab : "aku, awalnya menghancurkan kendi-kendi tsb, niatku adalah untuk mengagungkan Allah, maka aku tak peduli pada siapapun. Lalu ketika aku sampai pada yang terakhir, kudapati dalam hatiku rasa ujub karena merasa mampu nahi munkar, maka seketika itu aku tinggalkan"

Setelah mendegar itu, pengusasa itu takjub mendengar jawabannya, betapa berhati-hati dalam menjaga niatnya, maka sang penguasa berkata "baik, pergilah, engkau bebas mengingkari kemungkaran, tak akan kucegah"

masyaAllah, begitulah para salafush sholih dalam menjaga amalan dan hatinya agar jauh dari penyakit hati.

Balasan Bagi Orang Yang Ikhlas

Allah sebutkan dalam Surat As – Shoffat : 40-43

اِلَّا عِبَادَ اللّٰهِ الْمُخْلَصِيْنَ – ٤٠ 

اُولٰۤىِٕكَ لَهُمْ رِزْقٌ مَّعْلُوْمٌۙ – ٤١ 

فَوَاكِهُ ۚوَهُمْ مُّكْرَمُوْنَۙ – ٤٢  

فِيْ جَنّٰتِ النَّعِيْمِۙ – ٤٣

“tetapi hamba-hamba Allah yang dibersihkan (dari dosa), 40 ; mereka itu memperoleh rezeki yang sudah ditentukan, 41 ; (yaitu) buah-buahan. Dan mereka orang yang dimuliakan, 42 ; di dalam surga-surga yang penuh kenikmatan,” 43

As sa'di mengatakan : "karena mereka adalah orang-orang yang telah mengikhlaskan amalan hanya untuk Allah, maka Allah khususkan mereka dengan rahmatnya, dengan membersihkan apa yang ada dalam diri mereka berupa dosa dan penyakit hati, sehingga semakin mudah bagi mereka beramal dengan ikhlas” 

Selain itu, Allah menegaskan kembali dalam Surat An-Nahl : 41 

وَالَّذِيْنَ هَاجَرُوْا فِى اللّٰهِ مِنْۢ بَعْدِ مَا ظُلِمُوْا لَنُبَوِّئَنَّهُمْ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً ۗوَلَاَجْرُ الْاٰخِرَةِ اَكْبَرُۘ لَوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْنَۙ - ٤١

Dan orang yang berhijrah karena Allah setelah mereka dizalimi, pasti Kami akan memberikan tempat yang baik kepada mereka di dunia. Dan pahala di akhirat pasti lebih besar, sekiranya mereka mengetahui,

Dan masih banyak lagi ayat-ayat dan hadist yang menerangkan tentang balasan besar kepada orang-orang yang ikhlas dalam beramal. 

Kiat-kita Untuk Ikhlas 

  1. Berdo’a

Ini adalah senjata utama seorang mukmin, karena hati kita ini yang memegang Allah, kalau bukan Allah yang mengubah lantas siapa lagi. Oleh karena itu hal pertama yang harus sering-sering kita lakukan adalah berdo’a, berdoa itu gratis. Maka sungguh-sungguhlah dalam berdo’a. 

Ada banyak do’a, diantaranya : 

Doa yang diriwayatkan dari Abu Bakr Ash Shiddiq 

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ وَأَسْتَغْفِرُكَ لما لا أعلم

Allahumma inni a’udzubika an usyrika bika wa ana a’lam, wa astaghfiruka limaa laa a’lam

Artinya : “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadamu agar aku tidak menyekutukanmu dan aku mengetahui, dan aku memohon ampun kepadamu dari apa yang tidak aku ketahui”

  1. Berusaha sembunyikan amalanmu

Memang tidak ada salahnya jika kita melakukan sebuah amalan secara terang-terangan, seperti bersedekah agar orang lain ikut termotivasi, namun perlu diperhatikan agar kita tetap berhati-hati. Beramal secara terang-terangan memang baik, namun beramal secara sembunyi-sembunyi akan lebih baik. Karena kita terhindar dari riya’ dan perasaan ingin dilihat orang lain.

Dan disebutkan dalam Hadist Riwayat Imam Bukhori, no. 1423, diantara orang-orang yang mendapatkan naungan kelak pada hari kiamat adalah : 

  • seseorang yang bershadaqah dengan satu shadaqah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya,

  • seseorang yang berdzikir kepada Allâh dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan

Dan jangan sampai kita salah mengartikan, berdalih dengan hadist-hadist di atas akhirnya tidak sholat di masjid, alasannya agar ikhlas dan tidak riya’ , dalam sebuah hadist, dari Zaid bin Tsabit, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَفْضَلُ صَلاَةِ الْمَرْءِ فِى بَيْتِهِ إِلاَّ الْمَكْتُوبَةَ

Sebaik-baik shalat seseorang adalah di rumahnya kecuali shalat wajib.

  1. Selalu lihatlah amalanmu masih sedikit, dan takut kalau yang sedikit itu tidak diterima Allah ‘Azza wa jalla

Dengan merasa bahwa amalan-amalan kita masih sedikit, akan membuat kita tidak tertipu dengan amalan yang sudah kita kerjakan.

 

Disusun & Dipublikasikan Oleh Tim Ilmiah Elfadis

Jum’at, 10 Jumada al Ula 1442 H / 25 Desember 2020

Follow dan support akun kami :

🌏 Web | lorongfaradisa.or.id - http://www.syafiqrizabasalamah.net/

🖥 Youtube : https://www.youtube.com/LorongFaradisa

🌐 Telegram : https://t.me/lorongfaradisaofficial

📱 Instagram : Instagram.com/elfadis__

📘 Facebook : facebook.com/lorongfaradisa.

___

Share agar lebih bermanfaat