Tentang fenomena pacaran, sebagian dari kita—atau banyak orang—menganggapnya
biasa bahkan sampai hari ini masih terkesan lumrah di tengah-tengah masyarakat
kita. Apakah dosa kalau sebagian dari kita pacaran tetapi kondisinya tidak tahu
hukumnya, Ustadz?
Setiap muslim memiliki kewajiban untuk belajar. Allah ﷻ akan menanyakan kita di hari kiamat tentang apa yang kita ketahui. Jika seseorang mengaku tidak tahu, kita perlu tanyakan kepadanya, "Engkau hidup di mana? Jika di hutan, mungkin bisa dimaklumi." Namun, jika dia seorang muslim yang hidup di tengah masyarakat, seharusnya dia tahu. Terkadang, orang tua justru membiarkan anak-anaknya berpacaran dan malah merasa bangga, ‘Oh, anakku laku.’ Padahal sejatinya orang tuanya membiarkan anaknya celaka.
Dalam agama kita, Allah ﷻ berfirman,
وَلا تَقْرَبُوا الزِّنَا ۖ إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
"Janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji dan jalan yang buruk."
(QS Al-Isra: 32)
Ketika kita berbicara tentang pacaran, jelas bahwa ini adalah perbuatan mendekati zina.
Zina dimulai dari zina mata, telinga, tangan, hingga akhirnya berujung pada zina
kemaluan. Banyak orang menganggap pacaran sebagai hal yang biasa. Tanggung
jawab tidak hanya terletak pada individu atau yang sedang berpacaran, tetapi
juga pada orang tua. Allah ﷻ berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوْ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
"Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka."
(QS At-Tahrim: 6)
Orang tua perlu menyadari bahwa mereka akan ditanya tentang pendidikan dan
pengawasan anak-anak mereka. Sering kali, kita melihat anak-anak yang dianggap
sebagai "mainan" oleh sebagian orang ketika mereka berganti-ganti
pasangan.
Jika seseorang telah bertobat, syarat pertama adalah menyesal. Jika kemudian
orang tersebut menceritakan tentang masa lalu tanpa penyesalan menunjukkan
kebanggaan atas dosa tersebut, maka dapat dikatakan bahwa dia belum benar-benar menyesal. Bertobat
berarti menyesali tindakan kita dan bertekad untuk tidak mengulangi kesalahan
yang sama.
Dalam interaksi yang haram, sering kali ada pertukaran hadiah.
Pertanyaannya, apakah kita boleh menyimpan hadiah-hadiah itu, ustadz?
Jika hadiah tersebut menumbuhkan kenangan yang masa lalu, lebih baik
diberikan kepada orang lain atau dibuang. Jangan sampai kenangan itu mengikat
kita pada masa lalu yang kelam.
"Mantan pacar seharusnya tidak memiliki tempat di pikiran kita. Mereka adalah bagian dari masa lalu yang harus kita tinggalkan."
Selalu beristighfar dan menjaga hati agar tidak terikat pada kenangan yang
tidak sehat. Kenangan tersebut bisa kembali menghantui kita, terutama jika kita
bertemu kembali dengan mantan atau bayang-bayang dari barang-barang hadiah
milik mantan. Kita perlu menjaga diri dari pertemuan yang bisa membangkitkan
perasaan yang tidak seharusnya.
Bagaimana tindakan kita jika mantan menghubungi melalui chat atau
telepon? Apakah harus memblokirnya atau bagaimana?
Ketika mantan menghubungi kita, perlu dipertimbangkan situasinya. Jika hanya
sekadar untuk berbincang tanpa tujuan yang jelas, lebih baik dihindari. Namun,
jika ada keperluan yang berkaitan dengan maslahat, seperti membantu pembangunan
masjid, itu bisa jadi alasan untuk berkomunikasi.
"Namun, kita harus ingat bahwa setan tidak pernah tidur dan sering kali mencoba menghidupkan kembali rasa cinta yang seharusnya kita lupakan."
Jadi, jika ada keperluan yang jelas, komunikasi boleh dilakukan, tetapi tetap
dalam batasan yang wajar.
Ketika kita memutuskan untuk memblokir mantan, kadang itu kurang etis. Lebih
baik menjaga jarak dan tidak membuka komunikasi yang tidak perlu. Jika dia
menghubungi kita untuk urusan dakwah atau kepentingan lain, silakan. Namun,
jika hanya sekadar basa-basi, itu harus dihindari.
Kita perlu menjaga diri dari mudarat yang mungkin muncul. Jika mantan
menghubungi untuk hal yang tidak penting, lebih baik tidak diladeni. Menjaga
hubungan yang sudah terputus sama halnya dengan menjaga hati kita tetap aman.
Apa nasihat untuk mereka yang sulit move on dari mantan?
Move on membutuhkan proses. Mulailah dengan mengurangi kontak dan
menghindari tempat-tempat yang mengingatkan kita pada mantan. Kita juga harus
memperbanyak aktivitas positif dan yakin bahwa Allah ﷻ
akan memberikan yang lebih baik. Doakan agar Allah ﷻ
menggantikan yang hilang dengan yang lebih baik.
Bagaimana dengan orang yang masih berharap pada mantan yang sudah
menikah?
Cinta tidak selalu harus memiliki. Jika mantan kita telah menikah,
seharusnya kita bersyukur atas kebahagiaannya. Jangan pernah berharap pada yang
sudah menjadi milik orang lain, karena itu dapat merusak hati dan mengundang
dosa.
Apa doa yang bisa dibaca untuk terhindar dari godaan?
Nabi ﷺ pernah mengajarkan doa untuk meminta perlindungan dari hal-hal yang diharamkan. Misalnya,
اللَّهُمَّ إِنِّي
أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ سَمْعِي َومِنْ شَرِّ بَصَرِي وَمِنْ شَرِّ لِسَانِي وَمِنْ
شَرِّ قَلْبِي وَمِنْ شَرِّ مَنِيِّي
Allâhumma innî a‘ûdzu bika min syarri sam‘î, wa min syarri basharî, wa min syarri lisânî, wa min syarri qalbî, wa min syarri maniyyi
“Ya Allah, aku berlindung pada-Mu dari kejahatan pendengaranku, dan dari kejahatan penglihatanku, dan dari kejahatan lisanku, dan dari kejahatan hatiku, dan dari kejahatan air maniku.”
(HR Abu Dawud)
Dengan berdoa, kita memohon perlindungan dan bimbingan dari Allah ﷻ agar terhindar dari dosa.
Dengan demikian, menjaga diri dari interaksi yang tidak perlu dan bertakwa kepada Allah ﷻ adalah kunci untuk mengatasi perasaan terhadap mantan serta membangun kehidupan yang lebih baik dan jauh dari dosa atau murka Allah ﷻ .
(Sumber tulisan diambil dan diringkas pada talkshow: Bukan Hanya Ipar, Mantan Juga Maut! - Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, M.A. di Studio SRB Official, Jember. Kamis, 28 Zulqo'dah 1446 H / 06 Juni 2024)