

Anak bukan sekadar
anugerah, tetapi juga amanah dari Allah ﷻ. Setiap amanah
pasti akan dimintai pertanggungjawaban. Rasulullah ﷺ bersabda,
كُلُّكُمْ رَاعٍ
فَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
"Setiap
kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban
atas yang dipimpinnya." (HR Bukhari, no. 2569)
Itu artinya, orang tua
akan ditanya kelak: bagaimana cara kita menjaga, mendidik, dan membimbing
anak-anak yang Allah titipkan.
Tanggung Jawab
Tak Lepas Karena Perceraian
Kadang ada yang
beralasan, "Anak saya ikut ibunya, karena kami sudah bercerai." Padahal,
perceraian hanya memutus hubungan suami-istri, bukan hubungan orang tua dengan
anak. Seorang ayah tetap wajib memperhatikan, mendidik, dan memastikan
anak-anaknya tumbuh dengan baik, di mana pun mereka berada.
Mendidik anak butuh
ilmu, bukan sekadar kasih sayang. Orang tua perlu belajar, berdiskusi, dan
saling mendukung dalam mengasuh anak. Tantangan zaman sekarang jauh lebih
kompleks, sehingga bekal ilmu sangat dibutuhkan agar anak tumbuh tangguh dan
bertakwa.
Seorang ibu bukan
hanya pendamping suami, tetapi juga pemimpin di rumah dan pendidik bagi
anak-anak. Tanggung jawab ini mencakup anak kandung maupun anak tiri.
Rasulullah ﷺ sendiri memberi teladan ketika menikahi Ummu Salamah yang sudah
memiliki anak-anak yatim. Beliau merangkul, menyayangi, dan membesarkan mereka
bersama-sama. Sebaliknya, seorang ayah pun tetap memikul kewajiban penuh, meski
rumah tangganya berakhir dengan perceraian. Tidak ada istilah “mantan ayah”.
Islam sangat
menekankan kepedulian pada anak yatim. Rasulullah ﷺ bersabda,
أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِى
الْجَنَّةِ هكَذَا" وَقَالَ بِإِصْبَعَيْهِ: السَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى
“Aku dan orang
yang mengurus anak yatim akan bersama-sama di surga seperti ini.” (HR. Bukhari
no. 6009).
Bukan hanya memberi harta,
tetapi memberikan perhatian, kasih sayang, dan sentuhan cinta, seperti mengusap
kepala anak yatim, menjadi bentuk ibadah yang sangat mulia.
Amanah dalam Islam bukan
hanya besar dalam nilai, tetapi juga detail dalam perhitungan. Bahkan urusan
sepele seperti listrik yang tidak dimatikan bisa menjadi hisab di hari kiamat.
Maka urusan anak (yang begitu besar tanggung jawabnya) tentu lebih utama untuk
diperhatikan. Allah ﷻ berfirman,
ﵟيَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ
قُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِيكُمۡ نَارٗاﵞ
“Hai orang-orang yang
beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS At-Tahrim: 6)
Kita bisa sedih saat
anak terjatuh dari sepeda, terlebih bila kelak anak-anak kita terjerumus ke
dalam api neraka akibat kelalaian kita dalam mendidik mereka.
Kesimpulannya, anak adalah
amanah yang kelak akan ditanya di hadapan Allah. Mereka butuh kasih sayang,
teladan, doa, serta pendidikan terbaik. Mari bersama-sama menjaga amanah ini
dengan sebaik-baiknya, agar keluarga kita selamat di dunia dan di akhirat.
Tulisan ini
disadur dari kajian berjudul “Mengevaluasi Peran Orang
Tua” yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, M.A. (dosen
di Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyah Imam Syafi'i / STDIIS, Jember).
Youtube Terbaru





Artikel Terbaru



.png
)
 dalam Pandangan Islam.png
)