Menghiasi Diri dengan Akhlak Terpuji
Menghiasi Diri dengan Akhlak Terpuji


Berbicara tentang akhlak yang mulia berarti membahas tentang upaya menghiasi diri dengan perilaku terpuji.
Manusia secara fitrah mencintai keindahan, terlebih lagi para wanita, mereka senang berhias dan mempercantik diri. Sejak kecil, anak-anak perempuan sudah mengenal dan menyukai hiasan. Berbagai cara dilakukan demi tampil menarik, bahkan dalam hal makanan pun mereka menjaga pola makan demi mempertahankan penampilan. Namun, yang sering terlupa adalah bahwa keindahan sejati di sisi Allah bukanlah pada rupa, Rasulullah bersabda,

 

إِنَّ ‌اللهَ ‌لا ‌يَنْظُرُ ‌إِلَى ‌صُوَرِكُمْ، وَأَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ، وَأَعْمَالِكُمْ

"Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada penampilan dan harta kalian, tetapi Allah melihat kepada hati dan amal perbuatan kalian." (HR Muslim, no. 2564)

 

Orang-orang tidak tahu isi hati kita, tetapi Allah mengetahuinya. Selain itu, amal perbuatan juga menjadi tolak ukur apakah seseorang itu baik atau tidak. Terkait akhlak, Rasulullah pernah bersabda,

 

‌إِنَّمَا ‌بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ ‌الْأَخْلَاقِ

"Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak-akhlak yang baik." (HR Ahmad)

 

Yang dimaksud akhlak ini adalah sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa. Sifat-sifat tersebut mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan tanpa berpikir panjang, tanpa menunggu apakah perbuatan tersebut baik atau buruk. Akhlak manusia, ada yang buruk, dan ada pula yang baik. Begitu pula dengan sifat, ada orang yang bakhil (pelit), namun ada juga orang yang dermawan, mulia, dan suka menolong orang lain.

Nawwas bin Sam’an Al-Anshori radhiyallahu `anhu berkata,

 

سَأَلْتُ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم عَنِ الْبِرِّ وَالْإِثْمِ فَقَالَ: ‌الْبِرُّ ‌حُسْنُ ‌الْخُلُقِ، وَالْإِثْمُ مَا حَاكَ فِي صَدْرِكَ، وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ

“Saya bertanya kepada Rasulullah tentang kebaikan dan dosa, maka beliau bersabda: Kebaikan (al-birr) adalah akhlak yang baik, dan dosa (al-itsm) adalah apa yang menggelisahkan dalam hati dan engkau tidak ingin orang lain mengetahuinya." (HR Muslim, no. 2553)

 

Setiap muslim tentu mendambakan surga Allah , tetapi banyak dari kaum muslimin yang kurang memperhatikan akhlaknya, baik kepada keluarga maupun kepada orang lain. Padahal, akhlak yang mulia sangat besar pahalanya, bahkan bisa menyamai orang-rang yang ahli ibadah. Rasulullah bersabda,

 

مَا ‌مِنْ ‌شَيْءٍ ‌يُوضَعُ ‌فِي ‌المِيزَانِ أَثْقَلُ مِنْ حُسْنِ الخُلُقِ، وَإِنَّ صَاحِبَ حُسْنِ الخُلُقِ لَيَبْلُغُ بِهِ دَرَجَةَ صَاحِبِ الصَّوْمِ وَالصَّلَاةِ

"Tidak ada sesuatu pun yang diletakkan di timbangan (pada hari kiamat) yang lebih berat daripada akhlak yang mulia. Dan sungguh, orang yang memiliki akhlak mulia akan mencapai derajat orang yang rajin berpuasa dan shalat (sunnah)." (HR Tirmidzi, no. 2003, dishahihkan oleh Syekh Al-Albani)

 

Begitu pula dalam timbangan keburukan, akhlak yang buruk memiliki bobot yang sangat berat. Para sahabat bertanya kepada Rasulullah ,

 

يَا رَسُولَ اللَّهِ، ‌إِنَّ ‌فُلَانَةً ‌تَقُومُ ‌اللَّيْلَ وَتَصُومُ النَّهَارَ، وَتَفْعَلُ، وَتَصَّدَّقُ، وَتُؤْذِي جِيرَانَهَا بِلِسَانِهَا؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: لَا خَيْرَ فِيهَا، هِيَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ

"Wahai Rasulullah, sesungguhnya si Fulanah itu rajin salat malam, berpuasa di siang hari, beramal, dan banyak bersedekah, tetapi dia suka menyakiti tetangganya dengan lisannya." Rasulullah bersabda: "Dia di neraka." (HR Bukhari dalam Adabul Mufrad, no. 119, dishahihkan oleh Syekh Al-Albani)

 

Maka, jangan sampai kita meremehkan masalah akhlak. Kadar keimanan setiap muslim berbeda-beda. Lalu, bagaimana cara mengetahui siapa yang paling baik keimanannya? Rasulullah bersabda,

 

أَكْمَلُ ‌الْمُؤْمِنِينَ ‌إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا

"Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya." (HR Abu Daud, no. 4682, dihasankan oleh Syekh Al-Albani)

 

Jika engkau ingin mengetahui seperti apa keimananmu, lihatlah bagaimana akhlakmu sehari-hari. Semakin sempurna iman seseorang, semakin banyak pula kebaikan dalam dirinya. Maka, kita perlu berusaha untuk memiliki akhlak yang mulia, menghiasi diri dan keluarga kita dengannya. Sebab, tujuan kita bukan sekadar masuk surga, tetapi masuk ke surga yang tertinggi, bersama Rasulullah ,

 

"أُخْبِرُكُمْ بِأَحَبِّكُمْ إِلَيَّ، وَأَقْرَبِكُمْ ‌مِنِّي ‌مَجْلِسًا ‌يَوْمَ ‌الْقِيَامَةِ؟" فَسَكَتَ الْقَوْمُ، فَأَعَادَهَا مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا، قَالَ الْقَوْمُ: نَعَمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: "أَحْسَنُكُمْ خُلُقًا"

"Maukah kalian aku beri tahu tentang orang yang paling aku cintai di antara kalian dan yang paling dekat tempat duduknya denganku pada hari kiamat?" Mereka menjawab, "Tentu, wahai Rasulullah." Beliau bersabda: "Yaitu orang-orang yang paling baik akhlaknya.” (HR Bukhari dalam Adabul Mufrad, no. 272, dishahihkan oleh Syekh Al-Albani)

  


Tulisan ini disadur dari video pendek berjudul “Menghiasi DIri dan Keluarga Dengan Akhlak Terpuji” yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, M.A. (dosen di Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyah Imam Syafi'i / STDIIS, Jember).