Ada Apa di Surga?
Ada Apa di Surga?

Kita hidup dalam siklus yang sama setiap hari. Bangun pagi, bekerja, memenuhi kewajiban ibadah, menafkahi keluarga, berbagi, menyelesaikan tanggung jawab, larangan-larangan Allah tetap harus dihindari, musibah datang tanpa silih berganti, hari ini kita tertawa besok kita menangis, hari ini kita sehat besok kita sakit, hari ini kita muda besok kita tua dan begitu terus bertahun-tahun, mungkin tak jarang terbesit dalam hati kita pertanyaan "Sampai kapan?"

Kisah seorang murid yang bertanya kepada gurunya, Al-Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah ta’ala, murid itu merasa penat, lelah dengan kehidupan dunia, rutinitas yang tidak ada habisnya membuatnya merasa jenuh. Hingga ia bertanya kepada gurunya, “Wahai guru, kapan kita bisa istirahat?” Dan jawaban Imam Ahmad bin Hambal sangat sederhana, tetapi dalam dan penuh makna, beliau berkata : “Di awal engkau meletakkan kakimu di surga. Itulah tempat istirahat.”

Ada apa sebenarnya di surga? Sehingga manusia yang masuk ke surga itu akan lupa dengan segala kepedihan yang pernah dia rasakan di muka bumi?

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,


يُؤْتَى بِأَنْعَمِ أَهْلِ الدُّنْيَا مِنْ أَهْلِ النَّارِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَيُصْبَغُ فِي النَّارِ صَبْغَةً، ثُمَّ يُقَالُ: يَا ابْنَ آدَمَ، هَلْ رَأَيْتَ خَيْرًا قَطُّ؟ هَلْ مَرَّ بِكَ نَعِيمٌ قَطُّ؟ فَيَقُولُ: لَا وَاللَّهِ يَا رَبِّ، وَيُؤْتَى بِأَشَدِّ النَّاسِ بُؤْسًا فِي الدُّنْيَا مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ، فَيُصْبَغُ صَبْغَةً فِي الْجَنَّةِ، فَيُقَالُ لَهُ: يَا ابْنَ آدَمَ، هَلْ رَأَيْتَ بُؤْسًا قَطُّ؟ هَلْ مَرَّ بِكَ شِدَّةٌ قَطُّ؟ فَيَقُولُ: لَا وَاللَّهِ، مَا مَرَّ بِي بُؤْسٌ قَطُّ، وَلَا رَأَيْتُ شِدَّةً قَطُّ.

“Didatangkan seseorang yang paling banyak menikmati kenikmatan di dunia dari kalangan penghuni neraka pada hari kiamat. Lalu ia dicelupkan ke dalam neraka satu celupan, kemudian ditanyakan kepadanya: 'Wahai anak Adam, apakah engkau pernah merasakan kebaikan sedikit pun? Apakah pernah melewatimu kenikmatan sedikit pun?' Maka ia menjawab: 'Tidak, demi Allah wahai Rabb-ku, aku tidak pernah merasakan kebaikan sama sekali, dan tidak pernah melewatiku kenikmatan sedikit pun.' Kemudian didatangkan seseorang yang paling sengsara hidupnya di dunia dari kalangan penghuni surga. Lalu ia dicelupkan ke dalam surga satu celupan, kemudian ditanyakan kepadanya: 'Wahai anak Adam, apakah engkau pernah mengalami penderitaan sedikit pun? Apakah pernah melewatimu kesulitan sedikit pun?' Maka ia menjawab: 'Tidak, demi Allah. Aku tidak pernah mengalami penderitaan sedikit pun, dan tidak pernah melewatiku kesulitan sama sekali.'"

(HR Muslim: 2807)

 

Padahal sepanjang hidup orang tersebut tidak pernah lepas dari kesusahan dan melarat, dia adalah orang paling susah dan melarat dimuka bumi, tetapi karena masuk ke dalam surga sekali celupan ia langsung lupa dengan segala penderitaannya, maka dari sini kita tahu bahwa tidaklah kelezatan itu didapatkan kecuali setelah perjuangan dan kelelahan yang harus dilewati.

            Kalau bicara “Ada apa di surga?”, maka kita akan terlebih dahulu membahas tentang kelezatan yang merupakan bagian dari kebahagiaan seseorang itu memiliki tingkatan-tingkatan.

Yang pertama, kelezatan fisik. Kita merasakan kenyamanan, merasakan nikmatnya minuman yang dingin di tengah terik matahari yang panas, tubuh kita merasakan nikmatnya tidur di atas ranjang yang empuk dengan dinginnya AC yang sesuai, kita merasakan nikmatnya makan ketika kita sedang lapar, ini adalah kelezatan fisik. Kelezatan fisik adalah kelezatan yang paling rendah, dimana binatang juga merasakannya. Bisa kita lihat, ketika seekor anjing kehausan, lalu diberikan air,begitu juga ayam yang lapar, ketika dilemparkan makanan, ia akan berebut dan memakannya, maka kenikmatan fisik ini antara kita dengan binatang, kurang lebih sama, karena ereka juga merasakannya.

Namun ada tingkatan yang lebih tinggi lagi, yaitu kelezatan jiwa, yang mana kadang kala seseorang bisa merasakan kenikmatan fisik, tetapi jiwanya tidak merasakan keamanan dan kedamaian, banyak pikiran dan beban mental sehingga ia tidak bisa tidur. Di depannya ada kasur yang empuk, kasur paling mahal, di sampingnya ada makanan yang enak-enak, tetapi ia tidak makan, mengapa? Karena ia sedang memiliki banyak pikiran, jiwanya sedang tidak nyaman, sehingga makanan yang nikmat sekalipun yang masuk ke mulutnya menjadi tidak enak, bahkan, bisa jadi bawaannya marah-marah.

Hal ini menunjukkan bahwa kelezatan jiwa lebih diutamakan daripada kelezatan fisik. Namun, banyak manusia justru lebih mengejar kelezatan fisik, sementara jiwanya tersiksa. Akibatnya, ia tidak dapat menikmati kelezatan fisik yang ia kumpulkan.

 

“Kelezatan fisik dan jiwa, ketika berkumpul, itu menjadi kelezatan ruh dan jasad.”

  


Maka, ada orang-orang yang mungkin rumahnya kecil, penghasilannya sedikit, tapi jika jiwanya senang, maka makan apa saja terasa enak.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pun pernah mengalami hal demikian. Beliau makan cuka dan roti. Lauknya hanya itu. Namun, apa kata beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam?


نعم ‌الأدم أو الإدام الخل

"Lauk yang paling enak adalah cuka."(HR Muslim 2051)

 

Mengapa? Karena itu yang ada. Dan ketika jiwa bisa merasakan kelezatan dari apa yang tersedia, maka berkumpullah kelezatan cuka dan roti itu di mulut dan di hati, sehingga terasa begitu nikmat saat disantap. Namun, jika seseorang makan dalam keadaan pikirannya berada di tempat lain, ia tidak akan nyaman

Ada kelezatan yang lebih tinggi lagi dari kelezatan fisik dan jiwa, yaitu kelezatan ruh. Dalam sebuah hadis, sahabat Ka’ab bin Malik radhiallahu ‘anhu berkata,


 أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ" : إِنَّمَا نُسُمُ شُهَدَائِكُمْ فِي بُطُونِ طَيْرٍ خُضْرٍ، تَرِدُ أَنْهَارَ الْجَنَّةِ، تَأْكُلُ مِنْ ثِمَارِهَا، وَتَأْوِي إِلَى قَنَادِيلَ مِنْ ذَهَبٍ مُعَلَّقَةٍ فِي ظِلِّ الْعَرْشِ ."فَلَمَّا وَجَدَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ رِيحَةَ الشَّهَادَةِ لَمْ يُرِدْ أَنْ يَرُدَّهُمْ.

Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya ruh-ruh para syuhada berada di dalam rongga burung-burung hijau, yang datang ke sungai-sungai di surga, memakan buah-buahannya, dan kembali berlindung di lentera-lentera dari emas yang tergantung di bawah naungan Arsy." Maka ketika Rasulullah telah mendapatkan aroma syahadah, beliau tidak ingin mengembalikan mereka (ke dunia).

(HR Muslim: 1887)

 

Sekarang, kalau kita berbicara tentang surga, "Ada apa di surga?" maka jawabannya: semua kenikmatan dan kelezatan dengan tiga tingkatannya ada di sana, yaitu:

  1. Kelezatan fisik atau materi,
  2. Kelezatan jiwa, dan
  3. Kelezatan ruh.

Semua itu dikaruniakan oleh Allah, karena Allah tahu bahwa manusia menginginkan kelezatan-kelezatan tersebut, kita ingin makan yang enak, kita ingin beristirahat di kasur yang empuk, kita ingin memandang yang indah-indah dengan mata kita, kita ingin merasakan kelembutan, ketenangan dalam pandangan, serta aroma yang wangi.

Allah berfirman dalam surat Al-Waqi’ah ayat 69-71,

 

ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ بِـَٔايَٰتِنَا وَكَانُواْ مُسۡلِمِينَ ٦٩ ٱدۡخُلُواْ ٱلۡجَنَّةَ أَنتُمۡ وَأَزۡوَٰجُكُمۡ تُحۡبَرُونَ ٧٠ يُطَافُ عَلَيۡهِم بِصِحَاف مِّن ذَهَب وَأَكۡوَابۖ وَفِيهَا مَا تَشۡتَهِيهِ ٱلۡأَنفُسُ وَتَلَذُّ ٱلۡأَعۡيُنُۖ وَأَنتُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ ٧١

“(Yaitu) orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami dan mereka adalah orang-orang muslim. Masuklah ke dalam surga, kamu dan pasanganmu (dalam keadaan) dibahagiakan. Kepada mereka diedarkan piring-piring dan gelas-gelas dari emas dan di dalamnya (surga) terdapat apa yang diingini oleh hati dan dipandang sedap oleh mata serta kamu kekal di dalamnya.”

(QS Az-Zukhruf :69-71)

 

            Apa sebenarnya yang Allah sediakan di surga? Dalam sebuah Hadis Qudsi, Allah ‘Azza wa Jalla menyampaikan bahwa Dia telah menyiapkan bagi hamba-hamba-Nya yang shalih sesuatu yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga, dan tidak pernah terlintas dalam hati manusia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

 

قَالَ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: أَعْدَدْتُ لِعِبَادِيَ الصَّالِحِينَ مَا لَا عَيْنٌ رَأَتْ، وَلَا أُذُنٌ سَمِعَتْ، وَلَا خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ

Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman: "Aku telah menyiapkan bagi hamba-hamba-Ku yang shalih sesuatu yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga, dan tidak pernah terlintas dalam hati manusia."

(HR Bukhari no. 3244)

 

Apapun yang manusia lihat di muka bumi ini, betapapun indahnya, maka di surga, hal tersebut lebih indah. Jika seseorang pernah mendengar sesuatu yang menakjubkan, maka apa yang ada di surga jauh lebih nikmat dari apa pun yang pernah didengarnya. Bahkan …

 

“… jika manusia membayangkan kenikmatan terbesar sekalipun, kenikmatan surga jauh melampaui segala bayangan tersebut.”

 

 

Dalam ayat sebelumnya disebutkan bahwa Allah akan memasukkan orang-orang yang beriman ke dalam surga bersama orang-orang tercinta mereka, masuk ke surga bukanlah pengalaman yang akan dijalani sendirian. Jika seseorang memasuki surga seorang diri, ia akan merasa hampa, sehingga kenikmatan yang didapat menjadi tidak sempurna. Kehidupan manusia adalah kehidupan berjamaah, yakni bersama pasangan hidup dan bersama keluarga. Maka Allah menjanjikan bahwa mereka akan masuk surga bersama pasangan-pasangan mereka, dan mereka akan disambut dengan penuh kegembiraan, termasuk kenikmatan dalam makan.

Sebagai perbandingan, ketika seseorang datang ke sebuah restoran, urusan makan pun seringkali diiringi dengan penantian. Kadang-kadang makanan terlambat datang, meskipun tamu telah dipersilakan untuk duduk. Di surga, kondisi tersebut tidak ada. Piring-piring di surga terbuat dari emas. Sesuatu yang di dunia dilarang untuk dipakai makan dan minum, justru disediakan untuk para penghuni surga. Mungkin sebagian dari kita pernah merasakan makan di rumah seseorang yang kaya raya, ketika melihat piringnya saja sudah terasa luar biasa, padahal belum ada makanannya. Hal ini menandakan bahwa bentuk kenikmatan di surga benar-benar berkelas. Jika piring dan gelas-gelasnya saja emas, maka bagaimana dengan makanan dan minumannya?

Di surga terdapat segala sesuatu yang diinginkan oleh jiwa manusia. Allah memberikan kenikmatan bukan hanya secara fisik, tetapi juga pada jiwa dan ruh sebagaimana yang telah kita bahas.

 

“Segala hasrat yang sebelumnya tertahan di dunia karena batasan halal dan haram, akan dilepaskan di surga dalam bentuk yang paling sempurna. Apa pun yang diinginkan oleh jiwa, akan diberikan.”

 

 

Bahkan kelezatan hanya sekadar memandangi sesuatu pun dijanjikan. Di dunia, seseorang kadang memandang taman-taman yang indah, hotel di tengah hutan dengan kolam renang terbuka, bunga-bunga berwarna-warni yang hanya mekar pada musim tertentu, seperti bunga tulip di Belanda. Untuk bisa menikmati itu semua, seseorang harus mengeluarkan banyak biaya, bahkan terkadang hanya bisa melihat melalui gambar atau video. Namun, di surga semua itu tersedia dalam wujud yang lebih indah, tanpa batasan waktu atau biaya.

Penghuni surga akan hidup kekal selamanya dalam kenikmatan itu. Bandingkan dengan pengalaman di dunia, ketika seseorang berada di tempat menyenangkan selama tujuh hari, ia pun mulai menghitung waktu. Hari pertama bahagia, hari kedua senang, hari ketiga mulai merasa waktu semakin pendek, dan ketika mendekati hari terakhir, perasaan sedih pun muncul. Namun di surga, tidak ada lagi batasan waktu. Tidak ada kesedihan. Tidak ada ketakutan akan berakhirnya kebahagiaan. Semua itu kekal.

Kenikmatan surga bukan hanya untuk mata, tetapi juga untuk mulut dan seluruh indera. Manusia menyukai makanan yang enak, dan di surga, mereka akan disambut dengan anjuran untuk makan dan minum sepuasnya karena perjuangan mereka di dunia dahulu. Allah berfirman,

 

كُلُوا وَاشْرَبُوا هَنِيئًا بِمَا أَسْلَفْتُمْ فِي الْأَيَّامِ الْخَالِيَةِ

"Makan dan minumlah dengan enak sebagai balasan dari apa yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu." (QS Al-Haqqah: 24)

 

Tidak ada lagi rasa sakit, tidak ada kekhawatiran akan kolesterol, asam urat, atau gangguan pencernaan. Semua itu telah berlalu. Yang ada hanyalah kenikmatan yang abadi.




Sumber tulisan disadur dari kajian, “Ada Apa di Surga Allah?” yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, M.A. (dosen di Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyah Imam Syafi'i / STDIIS, Jember)